Kemaren kayaknya gue bisa di bilang dapet tamparan agak keras gitu.
Lebih tepatnya, di bilangin sama Allah lewat guru gue.
Sebenernya ini adalah hal negatif sih..
Gue sebenernya gamau cerita-cerita. Tapi berhubung ini kayaknya penting buat di share dan udah pasti ga cuma gue doang yang punya hal negatif ini, jadi gue rela dijadiin contoh meskipun ini bisa di bilang bukan suatu hal yang bagus juga hehe

Nah, dari jaman gue kecil sampe gede, gue punya sifat jelek yang susah banget diilanginnya. Namanya, suka menunda-nunda. Lebih tepatnya, gue suka menunda pekerjaan penting yang harusnya di kerjain saat itu dan lebih memilih melakukan pekerjaan lain yang sebenernya ga penting-penting amat.

Selama ini gue ngira, ini terjadi karena gue orangnya moody. Moodnya gampang berubah. Tapi mungkin Allah udah agak geregetan sama gue karena makin lama, makin parah aja gue ini nunda-nundanya. Kemaren lewat guru gue, gue akhirnya tahu itu bukan karena gue moody. Tapi itu adalah salah satu penyakit psikologis, saudara-saudara. Hayo, yang suka nunda-nunda melakukan sesuatu.. Hati-hati, kalian terjangkit penyakit seperti saya haha. #bahagiagituadatemennya

Jadi sebenernya guru gue itu gatau klo hal itu nampar gue. Ini kejadian yang hanya Allah saja yang bisa ngatur. Jadi omongannya guru gue sama isi pelajaran gue, mirip persis. Gampangnya, gue jelasin deh. Beberapa hari yang lalu, gue itu dapet tugas suruh buat essay yang temanya klo Bahasa Jermannya itu, Umwelt. Di Bahasa Indonesiain artinya Lingkungan. Jadi tema tugas essay gue ini tentang lingkungan. Isi tugasnya itu ada di selembar kertas. Di dalemnya ada judul panjang yang isinya gini : "Wie kann man eine drohende Klimakatastrophe noch stoppen?" kira-kira artinya, "Bagaimana caranya kamu menghentikan polusi udara?" Terus ada grafik dan hal-hal yang membuat polusi udara itu terjadi (Contoh di Grafiknya ada 3 : a. Penggunaan Bahan Bakar yang Berlebihan, b. Penggundulan Hutan, c. Produksi Semen). Nah, di pertanyaan pertama gue harus jelasin tentang Efek Rumah Kaca. Pertanyaan kedua, jelasin grafik yang ribetnya minta ampun. Pertanyaan ketiga, di antara ketiga penyebab polusi udara di atas, di Negaramu hal apakah yang menjadi penyebab utama? Pertanyaan keempat, Apakah di Negaramu Efek Rumah Kaca menjadi bahan diskusi penting? Pertanyaan terakhir, apa kira-kira pendapatmu supaya polusi udara itu bisa teratasi?

Padahal gue paling suka nulis essay. Ya karena gue suka nulis, nulis essay adalah hal yang menyenangkan buat gue. Tapi klo temanya udah begini, sih.. Mana gue harus jelasin efek rumah kaca pula. Udah gitu kasih solusi... Udah gitu jelasin di Indonesia kayak gimana...udah gitu nulisnya harus pake Bahasa Jerman. Gue paling sebel klo temanya itu berhubungan sama lingkungan atau ekonomi. Gue langsung mikir, gimana caranya gue menghadapi hari esok. Mood gue berubah drastis. Titik.

Akhirnya selama dua hari, ga gue kerjain itu tugas. Ada aja alesan buat gue untuk ngelakuin hal lain dan pada akhirnya tugas gue ga selesai. Padahal, deadline ngumpulinnya udah lewat. Sebenernya bates akhir banget di kasihnya hari Jumat. Karena weekendnya essaynya di periksa sama guru gue, terus senin di bagiin. Pokoknya gue terus menunda-nunda..dan menunda-nunda. Ga enak sih, nunda-nunda. Jadi kayak ada beban karena tugas belom kelar. Tapi gimana, gue sebel mau ngerjainnya.
Nah, hari kamis paginya. Tema di kelas gue itu, Hörverstehen atau Listening. Temanya apa, saudara-saudara, "Prokrastination." Awalnya gue ga ngerti itu isi temanya apaan. Gue dengernya malah, Proklamasi AHAHA. Gue sempet bingung, "Heehh, emang ada kata di Bahasa Jerman, Proklamasi? Ini isi teksnya mau ngomongin kemerdekaan atau apaan, nih?AHAHA #dodol.

"Sebelum di mulai, guru gue jelasin dikit. Jadi katanya, "Di Jerman itu ada istilah orang suka menunda-nunda. Si orang yang suka nunda-nunda tersebut di sebutnya Aufschieber dan kata kerja untuk menunda-nunda itu namanya aufschieben. Contohnya, kalian harusnya buat tugas essay. Tapi kalian tunda-tunda sampe nanti-nanti. Tugasnya baru di kerjain di akhir waktu batas akhir ngumpulin..."
Tapi gue perhatiin guru gue, dia lagi ga nyindir gue. Ya emang pas aja, contohnya kayak gitu. Campur tangan Allah, yaa.. Bisa banget haha.

Jadi pas guru gue mulai bacain soal, gue yang harusnya dengerin dan nyatet hal-hal yang penting, malah jadi ga konsen. Isi teksnya nyindir gue banget, nih. Untung, di kasih kesempatan denger dua kali. Pokoknya, pas kesempatan pertama gue ga konsen, blas.

Judul textnya : "Bearbeite ich morgen - garantiert!" "Gue kerjain, BESOK! PASTI!"
Jadi cerita awal, ada mbak-mbak namanya Anne. Dia beresin rumah. Nyuci piring, bersiin kamar mandi, beres-beres dapur, ngepel, pokoknya beres-beres sampe rumahnya kinclong clong. Lantainya pun bersih, bening, sebening kaca. Selesai beres-beres, dia nonton video favoritnya. Jadi, kesimpulannya Anne itu rajin, kan? Sayangnya, Anne itu ga rajin. Dia itu sebenernya lagi nunda sesuatu. Harusnya sih ya, dia itu duduk manis di depan laptop dan ngerjain Tesisnya. Padahal dia udah 20 Semester. Tapi tetep tuh, tesisnya ga kelar-kelar.

Pembahasan yang penting ada di kalimat ini : Anne leidet unter einer exremen Form von Aufschiebeverhalten - Prokrasination, wie es in der Psychologie heißt -, einem Phänomen, das die meisten Menschen mehr oder weniger ausgeprägt kennen. Denn Prokrasination bedeutet, die Ausführung oder Beendigung unangenehmer Aufgaben auf später zu verschieben.

Artinya kira-kira : Anne ini mengidap penyakit suka menunda-nunda parah, yang di dalam istilah Psikologi di sebut Prokrasination. Prokrasination ini artinya kegiatan  menunda pekerjaan atau tugas yang tidak menyenangkan, yang seharusnya dilakukan pada saat itu dikemudian hari.

Makin kebawah, penjelasannya makin menarik dan nampol-nampol muka gue secara ga langsung : Dieses Aufschiebeverhalten ist eigentlich ein verständliches Verhaltenmuster. Der Mensch ist immer bemüht, ein Gefühl von Wohlbefinden zu sichern und erst mal angenehmere Dinge zu tun und sie den unangenehmen Aufgaben vorzuziehen.

Arti kasar menurut kata-kata gue : Kegiatan menunda-nunda ini sebenarnya adalah sebuah pola prilaku. Orang-orang ini biasanya berusaha melakukan hal-hal yang menyenangkan dulu dengan mengerjakan hal-hal yang menurutnya menyenangkan (gampang, ga bikin pusing). Bisa dengan cara mengerjakan tugas yang gampang duluan atau malah ga ngerjain tugas. Kayak contoh di atas. Dia malah beres-beres rumah, nonton tv, dll. Dan tugas yang menurutnya ga menyenangkan ditunda dulu ngerjainnya sampe taun gajah. Gatau kapan di seleseinnya hehe.

Terus gue makin ga nyatet, malah nyimak guru gue ngomong apa. Udah bodo amat, ntar gue jawab soal listening kayak gimana hehe : Bei manchen Menschen handelt es sich allerdings um eine echte Störung : Sie sind oft oder sogar ständig nicht in der Lage, wichtige Vorhaben oder Aufgaben erfolgreich zu Ende zu Bringen - obwohl sie die Fähigkeiten dazu besitzen. Prokrasination hat wenig mit Faulheit zu tun.

Arti kasar menurut kata-kata gue : Di beberapa orang, Prokrastination ini sudah menjadi gangguan parah (disorder) : Orang-orang yang terkena gangguan ini, jadi terbiasa tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas yang harus di kerjakan sampai selesai. Walaupun sebenarnya, mereka sanggup ngerjain tugas itu. Dan perlu diinget juga, Prokrasination itu penyebab utamanya bukan karena males.

Makin tertohok gue dengernya. Gue banget, nih T,T
Man kann zwei unterschiedlichen Typen von Aufschiebern unterscheiden : der aktive und der passive Prokrastinator. Der aktive Aufschieber behauptet von sich, er könne erst im Augenblick kreativ sein, er brauche den Zeitdruck, um richtig arbeiten zu können. Wenn er die Arbeit in letzter Minute mal wieder geschafft hat, hat er ein gutes Gefühl. Tatsächlich schafft er die Arbeit auch in den meisten Fällen.

Der passive Aufschieber hat Angst davor, dass seine Arbeit schlecht, minderwertig werden könnte, und verschiebt sie deshalb. Das Aufschiebenn bewirkt aber keine besondere Kreativität in lezter Minute wie beim aktiven Aufschieber; der passive Aufschieber scheitert in der Regel mit seinem Vorhaben. Wenn er diese Erfahrung wiederholt gemacht hat, sind Depressionen, Ängste, und Selbstzweifel die Folge, die die Prokrastination wiederum verschärfen.

Arti kasar menurut kata-kata gue : Jadi, ada dua tipe orang yang suka menunda-nunda. Tipe yang aktif sama yang pasif. Kalau tipe aktif itu dia baru bisa bener-bener serius ngerjain kalau ada tekanan waktu. Misal, tugas dari minggu lalu, harus di kumpulin besok. Klo dia berhasil ngerjain tugasnya di menit-menit terakhir, kayaknya banggaaa gituu. Padahal sebenernya, dia bisa selesai dari minggu lalu. Cuma di tunda-tunda aja karena ga seneng ngerjain tugasnya hehe

Nah, kalau tipe yang pasif, dia nunda-nunda karena takut hasil tugasnya jelek. Karena takut hasilnya ga bagus, makanya sama dia ditunda ga di kerjain. Tapi bedanya sama tipe yang aktif ini, tipe pasif ga kayak tipe yang aktif tetep nyelesein tugasnya walaupun di akhir-akhir waktu. Dia tetep ga selesai sampe batas akhir pengumpulan tugasnya. Intinya, tipe pasif ini selalu gagal nyelesein target-targetnya, planning yang dibuat, atau ngerjain tugasnya sampe selesai. Klo hal ini terus berulang-ulang terjadi, bakalan timbul depresi, ketakutan-ketakutan yang bertambah, dan jadi ga yakin sama diri sendiri. Nahloh.

Pas dengerin, gue langsung tau klo gue masuk kategori aktif. Biar suka nunda, tetep gue kerjain. Tapi di akhir-akhir waktu hehe. Itu juga kadang sambil gondok, kesel, karena gue ga suka ngerjainnya #peace

Terus ada hasil penelitian dari Universitas Münster bahwa :
1. Laki-laki itu lebih sering nunda-nunda di banding perempuan. HAYOLOH KETAUAANN!! Ahahaha
2. Mahasiswa yang kuliah jurusannya kayak filosofi, psikologi, sosiologi, ekonomi, dll lebih suka nunda-nunda ketimbang mahasiswa yang kuliahnya jurusan kedokteran. Soalnya klo anak kedokteran katanya karena banyak tugas dan ujian-ujian yang berdatangan silih berganti hehe
3. Mahasiswa semester akhir atau mahasiswa yang kuliahnya udah di tengah-tengah biasanya lebih seneng nunda-nunda daripada mahasiswa baru. HAYOOH, yang SKRIPSInya BELOM KELAR-KELAR, yaaa #ups

Alasan utama kenapa seseorang itu suka nunda-nunda kata para pakar psikologi, gara-gara alasan Self-Protection (Perlindungan Diri). Biasanya karena ketakutan-ketakutan. Bisa karena terlalu tingginya harapan orang tua dan temen. Karena dia ngerasa ga sanggup ngerjainnya, sementara harapan orang lain terhadap dia tinggi, jadinya sama dia ditunda dulu ngerjainnya. Sampe dia ngerasa, yakin sanggup ngerjain tugas yang ga menyenangkan itu.

Jadi di teks yang gue denger itu, contohnya mahasiswa yang tipe pasif. Klo si mahasiswa ini ngerasa takut atau ga yakin bahwa tugas yang dia kerjain bener *apalagi klo dosennya galak*, sama dia tugasnya di tunda terus selama mungkin. Sampe akhir batas pengumpulan juga ga selesai. Sebenernya dia ngerasa ga nyaman atau gelisah tugasnya ga selesai. Tapi menurut dia, mendingan tugasnya ga dikumpulin daripada salah ngerjain terus di permalukan dosen di depan umum. Nahloh, siapa yang punya pengalaman persis kayak gitu hayoohh?? Pasti ada, gue yakin haha.

Intinya kata para pakar psikologi, ga ada orang terlahir suka menunda-nunda sesuatu. Permasalahan utama itu dari percaya diri aja (Self-Confidence atau Selbstvertrauen). Jadi biar nunda-nunda ga jadi kebiasaan, menghargai diri sendiri dalam suatu proses pelaksanaan dan ketika berhasil atau sukses dalam melakukan sesuatu itu harus di pisah jangan di gabung. Maksudnya, ketika kita berhasil melakukan sesuatu, itu terjadi karena banyak faktor. Contohnya, kamu lulus ujian bukan cuma karena kamu pinter aja. Tapi bisa ada faktor keberuntungan dan tangan Tuhan. Jadi gpp, klo ketika dalam ngerjain tugas itu, susah, gatau gimana cara ngerjainnya, bakalan bener atau nggak. Yang penting, dikerjain. Jangan di tunda. Masalah berhasil atau nggak, itu urusan belakangan. Justru, kita tau tugas kita bener atau nggak, setelah dikumpulin kan?

Yang jelas, usaha dulu. Gagal itu biasa. Berhasil itu terjadi ketika kita sudah mencoba. Nunda-nunda pekerjaan ga bikin tugasnya jadi "CLING" selesai, kan? Yang paling penting itu, harus percaya diri dan menghargai diri sendiri. Yakin kalau kita bisa. Klo gagal, tinggal di benerin aja kok. Tapi jangan terlalu pede juga dan jangan terlalu negative thinking sama diri sendiri juga. Kan segala yang berlebihan ga baik. Klo di Bahasa Jermannya "All zu viel ist ungesund." Segala sesuatu yang berlebihan itu ga sehat hehe.

Nah, di teks yang gue denger ada strategi bagaimana cara mengatasi menunda-nunda ini :
1. Pünktlich anfangen. Tepat waktu dalam mengerjakan hal yang harus dikerjakan. Jadi, harus dibuat waktu pastinya, kapan harus mulai ngerjainnya. Dan bener-bener harus jam segitu mulai. Jangan di tunda lagi. Susah memang. Gue udah nyoba. Tapi bener-bener harus diniatin banget, supaya ga jadi kebiasaan jelek. Rugi sendiri. Ntar keburu di panggil Allah, baru tau rasa -,-"
2. Realistisch planen. Buat perencanaannya yang realistis, jangan lebay. Klo target yang di buat ga masuk akal alias kalian ga sanggup buat ngerjainnya, ya jangan di buat. Udah tau ga sanggup, kok maksa. Nyiksa diri aja. Udah suka nunda-nunda, buat rencana ga realistis, makin berat deh hidup looo wkwk.
3. Teilschritte festlegen. Ngerjainnya di cicil, bro. Selangkah demi selangkah. Jangan ditumpuk. Makin lama tugas makin banyak, klo ga dimulai dikit-dikit, makin lama bebannya makin banyak, makin males pulalah ngerjainnya. Makin stresslah, kalian. Ampe mimpipun di kejar-kejar tugas. Kesian haha.

Gue tau, strategi kayak diatas pasti hampir semua orang yang suka nunda udah pernah denger. Gue juga sama. Tapi klo mau berubah, ya strategi klasik di atas harus di mulai dari sekarang. Waktu itu ga bisa di beli loh. Waktu juga ga bisa di sogok supaya mau mundur. Jadi yang harus di lakukan apa, dong? Yaaa, You just have to keep PUSHING yourself. Iya ga? Bilang dalem hati, "Gue bisa, gue pasti bisa ngerjain tugas yang ga enak ini. BISA BISA BISA dan KERJAKAN!" Ga cukup cuma bilang, bisa bisa doang. Harus DI-KER-JA-KAN. Klo Bahasa Jermannya, "Mach doch einfach!" "Kerjain dong sana!"

Selesai dengerin soal listening kemaren ya, gue pulang langsung ngerjain tugasnya. Kemarin tugas gue jadi nambah. Ada dua tugas reading tambahan. Salah sendiri tugas essaynya pake di tunda-tunda. Klo biasanya, gue gondok setengah mati ngerjainnya dan mulai cari alesan buat nunda-nunda lagi, kemaren Alhamdulillah berusaha buat ga kayak gitu lagi. Pulang ke rumah, istirahat bentar abis itu mulai ngerjain tugas. Biasanya gue satu tugas di selesein susah payah, itu juga ga maksimal karena ada faktor pengen ngelakuin hal menyenangkan lain, kemaren Alhamdulillah tiga tugas selesai semuaaa. Tuh kan, sebenernya gue itu bisaa. Gue aja kaget, bisa duduk manis lima jam non stop ngerjain tugas doang. Gilaa kann, biasanya gue setengah jam aja udah ga sanggup haha.