Akhir-akhir ini aku merenung sangat lama. Melihat begitu banyak gelombang sahabat seiman yang berjuang untuk tegaknya kemuliaan Islam, melihat dengan mata kepala sendiri begitu banyak sahabat-sahabatku yang memperjuangkan terpilihnya pemimpin muslim. Lalu hati kecilku menjerit dalam hati, ‘Sudah sampai mana perjuanganmu?’
Hari ini, di sepertiga malam terakhir, aku menangis karena merasa belum melakukan apapun. Belum melakukan apapun untuk memperjuangkan tegaknya kemuliaan Islam. Masih tidak terlalu tergerak hatinya ketika Al-Qur’an dihina, masih terlalu banyak diam ketika seorang penista agama, seorang terdakwa, seorang yang perkataan dan perbuatannya tidak menunjukkan sedikitpun karakter pemimpin—mendeklarasikan ambisinya untuk memimpin ibukota Indonesia, menjadi pemimpin bagi umat Islam yang ada di sana.
(Volkert Family 17, dari sudut pandang sepupuku yang sedang berusaha menyembuhkan luka hatinya)
Baca ini dulu sebelum melanjutkan (klik link) ~> Volkert Family Trees & Sinopsis Cerita
Genre : Romance, Tragedy
Sinopsis : Kejadian ini terjadi ketika yang hancur lebur, terobati dan segala yang patah, tumbuh kembali.
Word Count : 814/1000
Kröpcke, Pusat Kota Hannover di pagi hari.
Hari ini aku berjalan keluar dari rumah untuk pertama kalinya setelah selama Musim Dingin yang berat, aku berdiam diri di kamarku yang dingin. Pemanas dalam kamar selama penyiksaan Musim Dingin sengaja tidak aku nyalakan. Bukan untuk menyiksa diri, cuaca di luar terlalu ekstrim sementara sebagian waktuku aku habiskan memulihkan diri di dalam kamar. Jika terlalu lama terpengaruh hangatnya mesin pemanas, kulitku semakin kering. Jadi, aku lebih memutuskan untuk berdiam dalam dinginnya udara yang mencekam. Menurutku sudah cukup hangat, setelah ibuku membantuku mengganti selimut dengan selimut Musim Dingin yang sangat tebal segala kaus kaki winter dan pakaian yang berbahan dasar wol.