Akankah Kota Jakarta Menjadi Kota Granada?
March 11, 2017
Akhir-akhir ini aku merenung sangat lama. Melihat begitu banyak gelombang sahabat seiman yang berjuang untuk tegaknya kemuliaan Islam, melihat dengan mata kepala sendiri begitu banyak sahabat-sahabatku yang memperjuangkan terpilihnya pemimpin muslim. Lalu hati kecilku menjerit dalam hati, ‘Sudah sampai mana perjuanganmu?’
Hari ini, di sepertiga malam terakhir, aku menangis karena merasa belum melakukan apapun. Belum melakukan apapun untuk memperjuangkan tegaknya kemuliaan Islam. Masih tidak terlalu tergerak hatinya ketika Al-Qur’an dihina, masih terlalu banyak diam ketika seorang penista agama, seorang terdakwa, seorang yang perkataan dan perbuatannya tidak menunjukkan sedikitpun karakter pemimpin—mendeklarasikan ambisinya untuk memimpin ibukota Indonesia, menjadi pemimpin bagi umat Islam yang ada di sana.
Lalu terjadilah perpecahan di Indonesia. Umat Islam terpecah belah saling menghina antara umat Islam yang memilih sang penista, saudara seiman yang diam saja tidak menunjukkan suaranya dan gelombang saudara seiman yang berjuang agar pemimpin muslim terpilih. Lalu aku hanya bisa menangis dan berujar lirih dalam hati, “Oh jadi mungkin ini alasan mengapa Rasulullah menangis ketika memikirkan umatnya di masa ini. Masa di mana sesama saudara seiman saling terpecah belah. Masa di mana, hilangnya rasa cinta antar saudara satu agama.”
Sekarang aku khawatir, khawatir jika tangisanku nanti tidak ada gunanya lagi. Sama seperti tangisan Sultan Muhammad pemimpin Kota Granada yang menangis di samping ibunya dari atas bukit ketika melihat wilayahnya berhasil dikuasi oleh Raja Ferdinand. Kalian tahu kenapa?
Karena dahulu di tahun 711 Masehi, ketika Thariq bin Ziyyad sang Legenda Panglima Perang Islam datang membawa misi penaklukan kekuasaan Tiran Raja Roderick….
Kekuasaan Islam mulai meluas memasuki semenanjung Liberia. Sekarang kita mengenal semenanjung tersebut sebagai Negara Spanyol dan Portugal. Kekuasaan Islam pada waktu itu berlanjut terus sampai 700 tahun. Sehingga pada tahun 900 Masehi, Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di Tanah Andalusia dan memperoleh kejayaannya yang gemilang. Lebih dari 5 juta penduduk tinggal di daerah tersebut. Di bawah pemerintahan Islam, Andalusia bersinar sangat terang, menjadikan mereka sangat maju peradabannya dan paling stabil sosial ekonominya di dataran Eropa.
Namun, pada tahun 1000 Masehi…
Kerajaan ini runtuh dan terpecah-pecah menjadi kota-kota kecil yang disebut sebagai Thaifah. Thaifah-thaifah ini memiliki aturan otonomi masing-masing, sehingga persatuan Islam terpecah dan sangat rentan diserang oleh Kerajaan Kristen di daerah Utara. Serangan dari daerah utara terus dilakukan selama lebih dari dua ratus tahun, yaitu pada tahun 1000-1200 Masehi. Sehingga satu persatu kota-kota Islam yang utama di wilayah Andalusia mulai jatuh ke tangan kerajaan kristen. Runtuhnya kejayaan islam di Kota Cordoba, Kota Sevilla, dan Kota Tolledo menyisakan kesedihan mendalam pada umat Islam karena hanya satu kerajaan Islam yang tersisa di tanah Andalusia, yaitu Kota Granada pada tahun 1240 Masehi.
Sehingga akhirnya demi menyelamatkan Kota Granada, Nenek moyang Sultan Muhammad yang pada saat itu menjadi penguasa di kerajaan Granada harus menelan pil pahit dengan mendatangani perjanjian kepada Kerajaan Castile. Kerajaan ini pada waktu itu adalah salah satu Kerajaan Kristen terkuat di Eropa. Perjanjian itu berisi kesediaan dan ketundukan Kota Granada pada Kerajaan Castile dengan membayar upeti berupa emas setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin Kota Granada aman dari invasi yang sempat dilakukan oleh Kerajaan Castile.
Keuntungan lain dari Kota Granada adalah posisinya yang sangat strategis. Kota ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami sehingga melindungi Kota Granada dari serangan pihak luar dan selama lebih dari 250 tahun, Kota Granada juga terus terlindung karena secara rutin membayarkan upeti kepada Kerajaan Castile.
Namun sayangnya, Kota Granada tidak bisa tersenyum lebih lama lagi ketika mengetahui kabar bahwa Raja Ferdinand menikah dengan Ratu Isabella dari Castile. Pernikahan ini menandakan kehancuran awal Kota Granada karena secara langsung menyatukan dua Kerajaan Kristen terkuat di Semenanjung Liberia dengan mimpi yang sama; menghancurkan Kerajaan Islam.
Sehingga pada tahun 1482, terjadi peperangan dari pihak Kerajaan Kristen Spanyol dan Pihak Granada. Masyarakat Granada masih memiliki semangat Jihad yang tinggi sehingga masih agak sulit untuk dikalahkan. Tapi sayangnya hal tersebut tidak berlangsung lama. Pada saat itu seluruh Kerajaan Kristen sudah bersatu dan semakin kuat. Berbeda dengan Granada, saling terpecah belah. Para pemimpin muslim dan para gubernurnya saling menyudutkan karena memiliki misi yang berbeda. Mereka berusaha saling melengserkan satu sama lain dan beberapa diantara mereka bahkan ada yang menjadi mata-mata Kerajaan Kristen. Yang lebih parahnya lagi adalah Sultan Muhammad—putera dari Sultan Granada melakukan pemberontakan sehingga memicu terjadinya peperangan sipil.
Dari pihak Kerajaan Kristen, Raja Ferdinand memanfaat kesempatan ini untuk membantu Sultan Muhammad memberontak melawan ayah dan keluarganya. Akibatnya, Granada kian melemah dan Sultan Muhammad berhasil menaklukan anggota keluarganya dan menguasai Granada karena bala bantuan dari Raja Ferdinand sangatlah besar.
Sultan Muhammad merasa bahwa dirinya sudah di atas angin. Ia merasa bangga menjadi pemimpin baru di sana. Tetapi sayangnya, Raja Ferdinand tidak membiarkan senyuman Sultan Muhammad bertahan lama karena sang Raja menginginkan Sultan Muhammad menyerahkan kekuasaannya kepadanya dan membiarkan dirinya menjadi Raja baru di Kota Granada.
Dan kalian tahu apa yang terjadi?
Pada tahun 1491, Kota Granada dikepung oleh pasukan besar Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Sultan Muhammad dipaksa menandatangani surat penyerahan Kota Granada kepada para sekutu kristen dan ia beserta ibunya diungsikan keluar dari Granada. Sang Pasukan Kristen memancangankan simbol bendera salib di Istana Alhambra agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Sistem pemerintahan Kota Granada beralih, umat muslim di sana pada masa itu, dihina, dihabisi semau mereka.
Pada saat itulah di atas puncak gunung, ditengah perjalan bersama ibunya menuju pengasingan—Sultan Muhammad tidak bisa menahan kesedihannya dan air matanya pun jatuh turun mengalir deras di pipinya. Pandangannya tertuju kepada bekas wilayahnya yang berhasil ia taklukan dengan pengkhianatan terhadap ayah dan keluarganya. Ia menangis, karena perasaan menyesal telah menjadi seseorang yang berkontribusi besar memicu peperangan antar sesama saudara seimannya di Kota Granada.
Ibunya hanya memandangnya dengan tatapan mencela dan berujar dingin, “Janganlah engkau menangis seperti perempuan. Karena engkau tidak mampu mempertahankan Kota Granada layaknya seorang laki-laki.”
Dan itulah akhir dari peradaban cahaya Islam di Tanah Andalusia. Menyisakan kenangan pahit bagi umat Muslim sampai detik ini. Lalu bagaimana dengan kita sekarang, teman-temanku sayang? Akankah kita diam saja? Membiarkan sang penista menguasai kota? Itukah yang kita inginkan? Apakah kalian ingin, tragedi tragis seperti kejadian memilukan di Kota Granada terjadi lagi di ibukota Indonesia?
Mari kita sama-sama berupaya bergerak. Membantu semampu yang kita bisa. Karena bantuan sederhana dari kita, dapat menentukan nasib Indonesia, nasib Umat Islam bertahun-tahun ke depan. Kalian tahu kenapa? Karena dari hatiku yang terdalam, aku ingin suatu saat putera-puteriku tersenyum, karena merasakan indahnya hidup dibawah naungan cahaya Islam yang orang tuanya pernah perjuangkan :)
Mari kita sama-sama berupaya bergerak. Membantu semampu yang kita bisa. Karena bantuan sederhana dari kita, dapat menentukan nasib Indonesia, nasib Umat Islam bertahun-tahun ke depan. Kalian tahu kenapa? Karena dari hatiku yang terdalam, aku ingin suatu saat putera-puteriku tersenyum, karena merasakan indahnya hidup dibawah naungan cahaya Islam yang orang tuanya pernah perjuangkan :)
----------------
*digali dari beberapa sumber
7 comments
Yg kaya gini yg bikin adem<3<3<3
ReplyDeleteKata-kata ibunya Sultan Muhammad itu dalem banget
ReplyDeleteBangeeet :""""
DeleteBaca tulisan ini dapat tambahan energi mba... semangat dakwah meski hanya setitik nila :)
ReplyDeleteMbak dhira tulisannya buat aku nangis :-(
ReplyDeleteIni bole dishare kan biar manfaat?
boleh doong :) silakan disebar ^^
DeleteHallo guys..
ReplyDeleteJangan lupa untuk cek Blog aku ya
fayaharsiyana.blogspot.com
Salam kenal dari aku