Hati yang Tertutup

July 09, 2015

H A T I . Y A N G . T E R T U T U P

Ada seorang pria– 
yang dengan setianya memayungimu setiap hari.
Tak peduli ganasnya sinar matahari, tak peduli dinginnya air hujan yang datang setiap hari.
Tetapi kau– 
selalu menepisnya dan lebih senang berdiri di bawah terik matahari dan hujan-hujanan seorang diri.

Ada seorang pria–
yang selalu menantimu di pesisir pantai.
Berharap bisa berdua denganmu menikmati terbitnya matahari pagi dan tenggelamnya mentari sore hari.
Tetapi kau–
lebih memilih mendaki gunung yang tinggi dan mengutuk udara pantai yang membakar hati.

Ada seorang pria–
yang dengan sengaja memilih jalan di persimpangan itu setiap ia pergi.
Berharap dapat melihatmu berdiri di sana dengan senyuman manis yang membuat grogi.
Tetapi kau–
tidak ingin berdiri di sana lagi dan lebih memilih berdiri di jalan yang satunya lagi.

Ada lagi seorang pria–
yang mencintaimu sepenuh hati.
Selalu mendoakanmu dalam doa-doanya yang suci.
Berharap sebentar lagi, kau mau menerimanya dengan sepenuh hati.
Tetapi kau–
menepis harapannya yang tinggi, mengatakan bahwa pernikahan hanya akan membuatmu semakin sakit hati dan kau mengacuhkannya lalu pergi tanpa menengok kebelakang lagi.

Sampai kapan–
Kau terus begini?
Tidak bisa pergi dari bayangan masa lalumu yang sempat mengoyak hati.
Menghindari setiap pria yang berusaha menghampiri.
Menepis semua harapan pria yang ingin membahagiakanmu nanti.
Tak adakah sedikit ruang dihatimu–
Untuk mengizinkan seorang pria baik hati berusaha membuka semua ruangan gelap yang ada dihatimu?
Tidak bersediakah kau–
membiarkan ia membuka jendela-jendela dalam ruang hatimu, agar cahaya terang masuk menerangi hatimu kembali?

Mengapa?

You Might Also Like

4 comments

Like us on Facebook

Follow me on IG : @nadhiraarini