Doa Ibu Sepanjang Masa

July 07, 2015

“Boleh jadi, ini bukan dirimu yang bekerja keras. Tetapi tentang ibumu yang berdoa deras.“
-Tri Megasari

Pernahkah kau melihat ibumu, bangun tengah malam, menggelar sajadahnya, Shalat Tahajjud beberapa rakaat, kemudian sujud lamaa sekali? Atau pernahkah kau melihat ibumu, menutup matanya, mengadahkan kedua tangan rentanya untuk berdoa dan butiran demi butiran air mata suci turun melewati pipinya? Dan pernahkah kau melihat ibumu mengatupkan kedua bibir indahnya menahan amarah karena kelakuan burukmu, tetapi ibumu berusaha menahan kata-katanya keluar, karena takut perkataan negatif yang berhamburan keluar dari mulutnya? Takut Allah mengabulkan kata-kata yang keluar karena amarah, sehingga hal yang buruk bisa saja terjadi padamu?

Atau kalau memang kau tidak pernah melihat semua kejadian diatas, tak maukah kau sedikit saja membayangkannya? Membayangkan betapa ibumu mendoakanmu setiap hari, secara diam-diam, tanpa kau ketahui. Butiran demi butiran air matanya selalu meleleh dari pelupuk matanya, setiap hari tanpa kau ketahui. Bahkan sampai terisak, berharap kau selalu diberkahi oleh Allah yang Maha Mengasihi?

Atau kau bilang bahwa ibumu tak pernah menyayangimu, ibumu jahat kepadamu, ibumu itu sumber kegagalanmu, ibumu adalah sumber nasib burukumu, semua hal buruk adalah ibumu. Kau benci ibumu. Tak sadarkah kau bahwa seburuk-buruknya ibumu, kau seharusnya berterima kasih kepadanya? Karenanya ‘kau lahir di dunia‘ Karena mempertahankanmu selama berbulan-bulan di kandungan, kau sekarang ada. Karena ibumu memperjuangkan kelahiranmu, kau sekarang menerima dan merasakan kasih sayang dari orang lain, yang mungkin bukan ibumu?

Tak pernahkah kau berfikir bahwa karena ibumu melahirkanmu di dunialah, kau sekarang memiliki kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan di muka bumi ini agar memiliki kesempatan mendapatkan surga-Nya? Kau senang melakukan banyak kebaikan di tempat lain, tetapi tidak pernah maukah kau berusaha melakukan kebaikan untuk ibumu, walaupun menurutmu ia membencimu? Sekali saja? Kenapa sebegitu kerasnya hatimu? Hatimu terbuat dari apa, sampai fikiran jahat tentang ibumu keluar dari kepalamu dan terus menjadikan ibumu sebagai alasan mengapa kau tidak ingin berhubungan lagi dengannya? Seharusnya kau tahu, bahwa percuma kau melakukan banyak kebaikan di dunia, kalau kau tidak pernah mau berbakti kepadanya. Surga tak akan pernah ada untukmu, neraka mungkin yang akan menjadi tempat tinggalmu. Kasihan sekali dirimu.

Atau kalau memang ibumu sudah tidak ada di dunia ini lagi, apakah kau menyadari bahwa ketika tahu ajalnya sebentar lagi datang menjemput, hal yang paling ibumu khawatirkan adalah dirimu. Tangisan terakhir yang turun dari kedua matanya adalah untukmu. Ia khawatir, tidak ada seorangpun yang akan mendoakanmu lagi siang dan malam. Khawatir tidak ada orang yang mau meluangkan waktu sebentar saja, berdoa untuk masa depanmu, berdoa untuk akhiratmu dan berdoa untuk kehidupanmu? Merasa sedih luar biasa, karena pekerjaan yang paling senang ia lakukan tidak akan bisa ia lakukan lagi ketika malaikat maut datang mengajaknya pergi, yaitu mendoakanmu setiap hari?

Dan sekarang, di usiamu yang sekarang, kau merasa tinggi hati, karena kerja kerasmu dinilai tinggi? Merasa bahwa keberhasilanmu sekarang karena usaha sendiri? Tidakkah kau menyadari bahwa sebenarnya keberhasilanmu sekarang adalah jerih payah ibumu mendoakanmu setiap hari? Kau mungkin tidak tahu, jika ibumu tidak mau meluangkan waktu mendoakanmu, bisa jadi tidak ada keberhasilan dalam hidupmu. Berkah Allah tidak akan turun kepadamu. Tetapi kenapa kau sombong? Melupakan bahwa ada derasnya doa ibumu menyertai setiap perjalanan hidupmu?

Kenapa kau sering melupakannya? Kenapa kau sulit sekali meluangkan waktu dan uangmu untuk pergi menjenguknya? Kenapa kau tega menyakiti hatinya? Tidak sadarkah, sudah banyak goresan luka yang kau torehkan di hati ibumu, tetapi ibumu membalasnya dengan dawai-dawai doa nan suci di setiap waktu luangnya?

Mengapa tidak kau sadari, bahwa nada suaramu lebih tinggi dari ibumu? Permintaan tolong dari ibumu kau tolak habis-habisan karena kau tidak punya waktu. Kata-kata yang keluar dari mulutmu bagaikan anak-anak panah yang menancap dalam di relung hati ibumu. Tak ingatkah kau, betapa permintaanmu dulu lebih sulit dari permintaan ibumu sekarang? Tetapi ibumu berusaha memenuhinya, meskipun banyak cobaan yang mengahadang? Tetapi kenapa sulit sekali bagimu sekarang untuk menyenangkan hatinya? Apa salah ibumu, sampai kau selalu bilang sibuk sekarang?

Apakah kau menyadari, bahwa sekarang ibuku, ibumu dan ibu kalian, sudah semakin bertambah usia? Waktu tua sudah mulai mendekatinya. Warna hitam kelam rambutnya, sudah mulai terganti dengan warna abu-abu. Banyak hal yang sering terlupa olehnya. Keriput di wajahnya, sudah mulai menutupi binar cerah wajahnya. Ia sudah semakin tua. Penyakit mulai berdatangan menggrogoti tubuhnya. Tapi kau tahu, semua ini tak mengganggunya. Hobinya masih tetap sama, mendoakanmu dalam setiap nafasnya. Memohon kepada Allah untuk menjagamu sepanjang masa.

Ibumu, adalah orang tersabar di dunia. Hati lapangnya melebihi luas samudera. Rasa sabar yang ada di dalam hatinya, tidak ada yang sanggup mengalahkannya. Betapa luas hatinya, terus menerus menyayangimu sampai sekarang dengan memaklumi cara berfikirmu yang sering bertentangan dengan pandangannya. Betapa tegar hatinya, melihatmu lebih menyayangi orang lain ketimbang dirinya. Betapa kuat hatinya, ketika menyadari bahwa kau lebih mendengarkan saran orang lain dibandingkan mendengarkan saran darinya. Betapa hebat dirinya, mengumpulkan kembali serpihan-serpihan hatinya yang kau hancurkan karena kau membentaknya tanpa ampun, tanpa merasa berdosa karena menyakiti hatinya. Dan betapa kau bodoh, karena sering terlupa memiliki wanita yang luar biasa seperti itu di dalam rumah. Padahal jarak surga begitu dekat, ada surga di dalam rumahmu, ada surga di bawah telapak kaki ibumu.

Ibumu adalah wanita terhebat sepanjang masa. Tidak ada yang sanggup menggantikan posisinya. Dan kau, tak akan pernah sanggup mengalahkannya. Apalagi menggantinya. Dengan apapun atau siapapun.

Jika ibumu sudah tidak ada, jangan pernah putus menerangi kuburnya dengan doa-doamu. Doa anak berbakti yang shaleh, doa anak perempuannya yang sholihah. Bantu ibumu di dalam kuburnya dengan menjadikan dirimu sendiri lebih baik dari sebelumnya. Semoga dengan perubahanmu ke jalan yang lebih baik, ibumu menjadi lebih tenang di alam sana. Ia menangis bahagia karena merasa beruntung diberi kesempatan melahirkanmu ke dunia dan semoga Allah, menerima ibumu di sisi-Nya.

Jadi tolonglah, selama kau masih diberi kesempatan hidup, selama ibumu masih bisa kau rasakan kehadirannya, selama kau masih merasakan hangatnya pelukannya, selama kau masih sanggup meraih dengan erat genggamannya, doakanlah ibumu sepanjang waktu. Bahagiakanlah ia, sesuai apa yang ia mau, bukan apa yang kau mau.

Dan In Syaa Allah, tidak hanya kau yang berusaha membahagiakan ibumu. Aku juga sedang berusaha membahagiakan ibuku. Semoga kita sama-sama dapat membahagiakan ibu kita masing-masing, sesuai apa yang ibu kita mau, bukan apa yang kita mau, ya.. :)

Untuk mama tersayang, 
Selamat ulang tahun lagi.
Percayalah, ruangan besar dihati Mbak Dhira untuk mama,
tak akan pernah sudi Mbak Dhira bagi-bagi :)

With love, 
Your baby bear 
Dhira.

You Might Also Like

9 comments

  1. Berkah sisa usia mamanya dhira. .

    ReplyDelete
  2. Barakallah fii umrik, mamanya mb Dhira..

    ReplyDelete
  3. Met Milad buat Ibu ya Mba Dhira..
    Semoga Ibu selalu sehat, Aamiin YRA..

    ReplyDelete
  4. Barakallah untuk mamanya, mba Dhira

    ReplyDelete
  5. Ah, Ibu... saya sendiri sering melihat Ibu shalat tahajud kalau pas terbangun tengah malam. Memang sih sekeras apapun kita berusaha sebagai anak nggak akan bisa menandingi jasa-jasa ibu dalam membesarkan kita sampai saat ini. Maka dari itu, marilah kita berkompromi dengan Ibu kita, bagaimana enaknya untuk kedua belah pihak, biar Ibu dan anak masing2 tidak merasa berat sebelah. :D

    ReplyDelete
  6. Sangat menyentuh,terimakasih...izin share ya mba dhira..

    ReplyDelete
  7. Wah benar-benar sangat pas dengan suasananya saya dialami saat ini, serasa terhantam langsung cerita ini. Terimalah mbak Dhira.

    ReplyDelete
  8. Terimakasih mbak Dhira

    ReplyDelete
  9. Terima kasih mba Dhira sudah menuliskan ini:) Alhamdulillah tulisannya mewakili sekali "uneg-uneg" seorang anak tentang bakti kepada ibunya ya.. Semoga kita sama-sama dapat menjadi anak yang pandai bersyukur dengan memuliakan ibu kita.. Barakallahu fiik wa Jazakillahu Khairan ♡

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Follow me on IG : @nadhiraarini