Germany & Dhira : Ketika Gadis Desa Pindah Ke Kota…

November 05, 2015

Hari itu, gue hijrah. Dari Jerman Selatan ke bagian Jerman daerah atas. Dari desa kecil yang ga punya stasiun ke kota besar yang punya banyak stasiun. Pindah dari daerah yang tadinya orang-orang ga tau letaknya di mana ke daerah yang ketika gue nyebut namanya aja, orang langsung tau itu kota apa, letaknya di mana.

Jadi gue itu selama setahun pertama di Jerman, gue tinggal sama orang tua asuh yang punya toko es krim laris manis di Musim Panas, di sebuah desa terpencil namanya Dunningen. Desa ini, masuk ke dalam lingkup daerah Schwarzwald atau orang-orang asing biasa nyebutnya daerah Black Forest. Desa Dunningen ini, sepi. Jarang ada orang lewat. Klo mau punya temen baru, bisa kenalan sama para sapi atau kuda yang bertebaran di ladang-ladang. Cuacanya juga jarang banget bagus. Sehari bisa berbagai jenis cuaca gonta-ganti. Pagi, berkabut. Siang, terang sebentar terus hujan deres banget. Sorenya, tiba-tiba dateng hujan es segede kacang polong bikin atep rumah bunyi ‘Klotak-Klotok‘ dan ade-ade asuh gue berdiri di sebelah jendela ngeliat dengan takjub pemandangan es nabrakin jendela kaca rumah. Malemnya cuaca tiba-tiba tenang, tapi dingin setengah mati. Tengah malemnya, badai besar datang tiba-tiba yang mengakibatkan dua tempat sampah berukuran raksasa punya orang tua asuh gue terbang menumpahkan segala isinya dan pohon besar di depan kantor pemadam kebakaran sebrang rumah ambruk ga kuat menahan derita.

Daerah tempat gue tinggal ini memang masuk ke dalam jajaran daerah terdingin di Jerman. Musim Salju aja, saljunya sampe selutut gue. Bayangin aja, tinggi gue 165 cm. Saljunya sampe lutut gue. Gimana gue mau jalan coba? Ade asuh gue yang masih umur empat sama dua tahun, tenggelem klo mau jalan ke halaman rumahnya sendiri. Kasian ya?

Tapi akhir Februari 2013 kemarin, gue udah ga tinggal sama orang tua asuh gue lagi. Alhamdulillah gue keterima kerja sosial di kota besar, ibukota Negara bagian Niedersachsen, namanya Kota Hannover. Letaknya di  deket kota terkenal semacam Bremen, Hamburg, dan Berlin. Gue bersyukur banget juga keterima kerjanya di bagian yang gue suka banget yaitu Penanganan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus. Atasan gue juga baik semua. Gue di izinin Shalat, di bolehin pake kerudung. Pokoknya, gue seneng banget. Allah ngabulin doa gue yang selama setahun penuh gue ucapin terus menerus dalam doa. Alhamdulillah.

Hannover ini letaknya bukan di daerah Jerman bagian bawah. Tapi masuk ke Jerman bagian Utara. Intinya, akhir Februari 2013 itu, gue harus hijrah ke sana. Naik kereta tercepat di Jerman namanya ICE. Menempuh perjalanan dengan jarak kurang lebih 600 km dari Dunningen ke Hannover selama kira-kira 6 jam perjalanan dengan satu kali pindah kereta.

Gue berangkat pagi di anterin orang tua asuh gue ke stasiun kereta di kota sebelah. Bawaan gue ga banyak. Cuma satu koper gede, satu ransel berukuran sedang bertengger di bahu gue, sama satu tas jinjing besar warna biru. Salah satu keuntungan gue tinggal di desa terpencil adalah gue jadi ga bisa belanja banyak karena toko yang jual juga ga ada hehe. So, gue pindah dengan barang bawaan yang bisa di bilang ga ribet-ribet amat.

Alam sepertinya ga pengen gue pindah sendiri. Kepindahan gue ternyata di sambut meriah oleh angin dingin Musim Salju dan salju yang turun secara perlahan. Anginnya nampar muka gue dengan sadisnya. Sekujur badan gue yang hangat cuma yang ketutupan baju. Gue udah pake jaket wol nutupin pergelangan tangan, satu jaket tambahan, plus sepatu bot anget sebetis. Tapi apa mau di kata, jari-jari tangan gue ga terlindungi karena ga punya sarung tangan. Muka gue juga terbuka lebar karena ga pake cadar. Alhasil, anggota badan gue yang ga ketutupan pelindung apapun mulai luka dengan sendirinya, berdarah dengan seenaknya. Baru kerasa pas mandi, badan perih semua. Taunya luka baret-baret di mana-mana karena kulit terlalu kering ga kuat sama cuaca yang terlalu dingin. Pake body lotion juga ga terlalu berguna. Muka gue merah semua, ga bisa senyum lebar karena perihnya ga kira-kira. Padahal udah akhir Februari. Harusnya cuaca udah mulai berubah sedikit demi sedikit ke Musim Semi. Tapi untuk tahun ini, Musim Salju bertahan lama. Selama kurang lebih enam bulan, gue tersiksa seperti tiada akhirnya. Nyokap gue sampe shock waktu liat gue di skype “Ya Allah, Mbak Dhiraaa. Itu tanganmu kenapa, nak? Kok kayak abis nonjok tembok gitu, sayang? Sampe item gitu bekasnya?“ Gue cuma bisa nyengir pasrah ga bisa berbuat apa-apa. Gue benci banget Musim Salju. Titik.

Hal yang paling buat gue bersyukur banget adalah gue di kasih tempat tinggal sama tempat kerja gue. Kamar gue gede. Lengkap dengan tempat tidur, meja panjang, dua lemari besar, satu laci dengan dua pintu, kulkas dan kamar mandi sendiri. Dapur ada di luar. Jadi klo mau masak, harus ke luar kamar bawa perlengkapan masak. Biaya listrik dan lain-lain udah di tanggung sama tempat kerja gue. Jadi selama setahun, gue ga perlu pusing mikirin biaya sewa rumah. Hidup gue Alhamdulillah terjamin dari tempat kerja. Asuransi kesehatan juga di kasih yang bagus dan yang bayar dari tempat kerja gue. Kalau kalian mau tahu, gue bersyukur sama Allah sampe nangis-nangis saking nggak nyangkanya di kasih kemudahan seperti ini. Enak banget deh, kalau punya Allah. Gue juga nggak ngerasa sendirian, meskipun jauh banget dari keluarga. Ada Allah yang selalu ada buat jadi tempat curhat, ada Allah yang selalu ada setiap saat. Senangnyaa..

Hannover sendiri termasuk dalam jajajaran kota besar yang kotanya di bagi-bagi dalam empat zona. Zona keempat itu, zona terjauh dari pusat kota. Pusat kota Hannover namanya Kröpcke. Cuma berjarak satu stasiun dari stasiun utama. Gue sendiri tinggal di zona kedua. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk bisa sampai ke Kröpcke naik kereta bawah tanah.

Kota ini termasuk dalam kota yang ramah sama orang-orang berkebutuhan khusus. Hannover sendiri dirancang supaya segala bentuk fasilitas umum mudah digunakan juga sama orang-orang yang tidak memiliki fisik sempurna seperti kita. Setiap stasiun bawah tanah, punya lift supaya orang-orang yang pake kursi roda bisa naik dengan mudah ke lantai atas tanpa harus repot menggunakan tangga yang pastinya ga bisa di lewatin kursi roda mereka yang berat. Klo gue ke pusat kota, udah nggak asing lagi orang-orang special need yang pake kursi roda dengan model bermacem-macem ini, berseliweran di tengah kota Hannover. Jarang ada orang yang memandang rendah mereka, semuanya menyatu menjadi satu menjalankan aktifitas masing-masing. Penduduknya seolah-olah udah otomatis ngebantuin. Apalagi, kalau ngeliat orang-orang special need ini butuh bantuan. Bukain pintu restoran, ngambilin barang mereka yang jatuh, nahan pintu kereta tetap terbuka supaya orang-orang yang pake kursi roda ini bisa masuk dengan tenang, dan lain sebagainya.

Orang-orang yang berkebutuhan khusus ini, punya tanda pengenal sendiri. Tanda pengenal yang ada huruf ‘B’ nya, tandanya si orang ini pergi kemana-mana harus ada orang normal yang nemenin. Biasanya, orang yang tanda pengenalnya ‘B’, dia bisa jadi cacat mental yang klo di tinggal sendiri ga akan nemu jalan pulang. Atau yang tangannya ga bisa bergerak, jadi kalau belanja dia ga bisa ngambil barang sendiri dan masih banyak lagi tipe orang berkebutuhan khusus bertanda pengenal ‘B’ ini.

Buat para orang-orang berkebutuhan khusus ini, fasilitas umum kayak naik bus, kereta, nonton bioskop, tiket masuk kebun binatang, dan lain-lain di kasih diskon setengah harga. Asalkan dia nunjukin tanda pengenalnya. Bagi orang yang punya tanda pengenal ‘B’, orang normal yang nemenin dia ketika itu, di kasih gratis menggunakan fasilitas umum yang ada di Hannover.  Gue termasuk salah satu orang yang dapet gratis fasilitas umum waktu nemenin anak-anak berkebutuhan khusus di tempat kerja gue jalan-jalan ke tengah kota. Asiikk.

Jadi waktu itu gue nemenin Sebi (salah satu anak special need di tempat kerja gue) nonton bioskop yang harga tiket masuknya 10 Euro. Gue masuk ga bayar, karena gue posisinya nemenin Sebi nonton bioskop. Begitu juga waktu nemenin Alessandro ke kebun binatang. Gue ga bayar juga. Padahal normalnya, klo gue ke sana sendiri harga tiket masuknya kurang lebih 28 Euro. Alhamdulillah, berkah kerja di tempat anak-anak special need yaaa. Bisa ngirit hehe.

Gue sendiri, betah banget tinggal di Hannover karena tata letak kotanya gampang buat diinget. Sistem kendaraannya mudah, penduduknya ramah sama orang asing, pusat perbelanjaan berkumpul di satu titik. Jadi para pendatang ga bingung klo mau belanja. Bahasa Jerman yang di pake di Hannover itu Hoch Deutsch. Artinya, mereka pake Bahasa Jerman yang baik dan benar tanpa dialek. Klo di Indonesia itu pake Bahasa EYD lah hehe. Buat gue yang orang asing, justru membantu banget tinggal di kota yang Bahasa Jermannya benar, sempurna dan yang terpenting tanpa dialek. Klo tahun lalu kan, gue tinggal di Jerman bagian bawah. Mereka ngomong Jermannya pake dialek atau logat gitu. Nama logatnya Swäbisch. Klo di Indo, kayak logat Jawa, Sunda, Batak, gitu deeh hehe.

Di Jerman juga tiap daerah punya logat Jerman sendiri yang melenceng jauh dari Bahasa Jerman yang sesungguhnya. Paling parah itu di daerah Bayern. Gue beneran total ga ngerti mereka ngomong Bahasa Jerman kayak apa. Logat Bahasa Jermannya aneeeh banget. Bahkan orang Jerman sendiri klo denger orang dari daerah Bayern ngomong, susah buat ngertinya. Apalagi gue yang orang asing? HAHAHA.

Makanya gue seneng banget tinggal di Hannover. Orang-orangnya ngomongnya jelaass banget. Bersih gitu, jernih. Enak banget kedengerannya di kuping gue. Tapi ya, mau gamau gue harus di tuntut ngomong se-perfect mereka. Karena klo gue pengucapan katanya salah, mereka ga ngerti gue ngomong apaan dan udah otomatis benerin omongan gue ke Bahasa Jerman yang seharusnya. Ga peduli, kita lagi ngobrol di tempat umum atau bukan. Jadi siap-siap aja tebel muka, klo omongan Bahasa Jerman gue di koreksi di depan umum. Malu sih, kadang-kadang. Tapi gapapa deh, demi masa depan gue ke depannya haha. Toh, orang yang lewat ga kenal gue ini kan? Hoho.

Pokoknya ga rugi deh, klo jalan-jalan ke Hannover. Kotanya asik, penduduknya juga ramah-ramah. Gue aja betah banget tinggal di sana hehe. Serius, kalau ada kesempatan lagi untuk tinggal di Jerman, pasti gue dengan yakin milih Hannover lagi AHAHAHHAHA.

Semoga kalian juga diberi kesempatan untuk berkunjung ke sana juga, ya! Aamiin.


You Might Also Like

5 comments

Like us on Facebook

Follow me on IG : @nadhiraarini