The Reason Why
February 08, 2015Gue seneng nulis, dari dulu. Dari kecil malah.
Tapi kadang-kadang,
Gue nulis karena gue mau, klo lagi gamau, gue ga nulis.
Itulah permasalahan gue sebagai penulis.
"Nulis klo lagi mau, klo lagi ga pengen, ya ga nulis-nulis."
Makanya, tulisan di blog gue dulu itu, muncul kadang-kadang.
Gue nulis ketika gue 'mau' dan kalau gue merasa 'ada waktu'.
Padahal sebenernya salah. Itu hanyalah alasan gue belaka.
Jadi suatu ketika, gue pernah dapet kata-kata ini ntah dari mana.
Kata-kata yang menampar gue banget.
Dan akhirnya gue sadar, kalau selama ini gue salah :
There's No Such Thing as 'Busy'
Quote :
"No one is busy in this world. It's all about priorities."
Lesson to learn :
The next time you say you're busy, know that it's an excuse.
If you truly prioritize something, you will make time for it.
Be it relationship, friendships, or something else.
"You always have time for anything if you make time."
Akhirnya, gue berfikir bahwa HARUS ada The Real Reason, kenapa gue harus TERUS nulis.
Suatu alasan besar yang membuat gue selalu semangat nulis dan ga akan pernah berhenti nulis karena alasan itu ada.
Gue fikir, dengan alasan diatas akan membuat gue semangat nulis...
Tapi ternyata TIDAK. Lagi-lagi, gue masih nulis klo gue mau.
Berarti alasan di atas belum cukup kuat buat diri gue sendiri, untuk menggerakkan gue yang malas ini untuk terus-menerus menulis. Alasan di atas kurang kuat. Gue ga terdorong untuk terus menerus nulis dengan alasan di atas.
Secara tidak sengaja. Tiba-tiba gue merasa itu jawabannya.
Jadi, gue ini ikutan komunitas nulis One Week One Paper http://oneweekonepaper.com/
Di komunitas itu, gue diharuskan nulis minimal seminggu satu postingan aja.
Dan setiap orang punya pasangannya masing-masing. Untuk saling mengingatkan.
Naah, di minggu ketiga, tiba-tiba pasangan nulis gue nantang gue nulis suatu tulisan yang temanya HISTORICAL FICTION.
OH-MY-GOD!
Ya ampuuunn, gue itu paling susah klo disuruh nulis fiksi. Udah sering gue coba, tapi selalu gagal di tengah jalan. Ga pernah bisa selesai. Sekarang gue ditantang nulis fiksi, udah gitu historical pula. Jadi disuruh buat tulisan fiksi yang ada unsur sejarahnya. Gw shock. Tapi gue bukanlah orang yang mau mundur ketika ditantang.Maka gue mencoba...
Gue obrak-abrik lemari buku koleksi novel nyokap gue yang latar belakangnya tentang para bangsawan Inggris zaman dulu. Yang tingkatan kedudukan masyarakatnya masih kental memakai Duke, Earl, Viscount, Baron. Gue searching di google tingkatan kasta kebangsawanan mereka. Misalnya Duke of Devonshire itu nama keturunannya siapa aja, silsilah keluarganya, dll.
Tapi ternyata terlalu rumit. Setelah ditemukan sebagian silsilah keluarga Bangsawan Inggris dari tahun 1980-an, permasalah terbesar gue adalah gue belom dapet ide ceritanya. Maka gue stuck.
Jadi ceritanya gue belum nyerah. Pantang buat gue, nyerah ketika ditantang orang lain. Gue hanya belum menemukan ide ceritanya hehe.
Bagi yang belum tahu fanfic itu apa, penjelasan singkatnya gini :
"Fan Fiction atau biasa disebut fanfic, adalah sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh penggemar berdasarkan kisah, karakter atau setting yang sudah ada. Fanfic bisa berlaku untuk film,komik, novel, selebritis dan karakter terkenal lainnya. Terkadang sejumlah fanfic menyertakan penulisnya sebagai karakter cerita, ada pula yang tidak. Plot sebuah Fanfic merupakan hasil imajinasi para fans."
(Untuk lebih detail tentang penjelasannya, bisa dibaca di sini : http://kriskrisnis.blogspot.com/2013/02/pengertian-fanfiction-dan-istilah.html)
Nah, di dalam lomba diatas, tipe Fanficnya itu anime. Jadi, misalnya gue suka banget sama Anime Fate Stay Night, jadi gue buat Fanfic dengan membawa karakter di dalam anime itu ke tulisan fiksi gue. Seru sih emang, tapi yang namanya gue ga pernah menyelesaikan tulisan fiksi gue, ditantang hal itu malah bikin gue agak sedikit tertekan. Ya ampuuunn, ini kok ditantangnya nulis fiksi lagi nulis fiksi lagii siihh huaaa.
Kalian percaya atau ngga, saking gue hopelessnya yaa. Pas gue alhamdulillah dapet kesempatan umrah, ampe gue tulis di doa gue coba : "Ya Allah semoga saya dapat ide gila menulis lomba Fan Fiction IOC Indonesia, sehingga saya memenangkan juara pertama." haha mungkin menurut kalian lebay ya, sampe gue buat doa khusus kayak gitu pas umrah. Tapi menurut gue penting, karena gue hopeless banget ga punya ide tulisan sama sekali wkwk.
Udah gitu gue buatnya niat. Dicerita gue ada kode-kode yang harus dipecahin. Gue butuh seharian penuh buat nyusun kode-kode yang gue buat sendiri supaya nyambung sama ceritanya. Yang gue seneng adalah gue itu sangat familiar sama sejarahnya King Arthur ini. Karena gue ngikutin TV Series Inggris yang judulnya Merlin dan memang menceritakan secara detail tentang King Arthur.
Jadi, fanfic gue ga cuma cerita omong kosong, tapi mengandung faktor sejarah yang memang katanya sempat ada. Pedang Excaliburnya King Arthur, sejarah pedangnya, Kerajaan Camelot, Uther Pendragon, dll gue masukin semua di cerita Fan Fiction gue. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa gue pas umrah. Gue beneran dapet ide gila. Berhasil membuat tulisan itu sebanyak 5.423 kata di Microsoft Word. Silakan tebak sendiri, berapa halaman klo katanya ada segitu AHAHAHHA.
Dari situ gue menyadari bahwa secara ga sadar, gue menjawab dua tantangan sekaligus. Tantangan temen gue untuk nulis Historical Fiction dan ikutan lomba Fan Fiction. Maka kedua tantangan teman gue ini terjawab sudah. BAHAGIA. Beban gue hilang seketika haha.
Ternyata gue menang, juara satu hehe.
Terus gue nyamperin nyokap gue yang lagi serius gambar-gambar ngedesign baju rancangannya sendiri, Niatnya cuma kasih tahu bentar, terus cabut lagi ke kamar. Soalnya keliatannya nyokap gue lagi serius banget gitu, "Mam, Inget lomba Fanfiction yang Mbak Dhira bilang kemarin ga? Yang Mbak Dhira di kamar bertapa seharian ga keluar-keluar?"
Nyokap gue noleh, terus bilang, "Inget. Terus kenapa?"
Gue nyengir, "Pengumumannya udah keluar. Mbak Dhira juara satu.hehe" Gue udah siap-siap membalikkan badan gue ke arah kamar gue sendiri.
Tapi kejadian setelahnya adalah kejadian yang ga akan gue lupa sepanjang hidup.
Nyokap gue tiba-tiba berdiri, melempar begitu saja pensil warna yang nyokap gue pegang ke atas meja dan meluk gue dengan erat, sambil bolak balik bilang, "Alhamdulillah, Ya Allah. Masya Allah, anak mama hebat sekali. Tuh kan bener, anak mama keren, anak mama hebat. Mama banggaa sekali, sayang." Selesai memeluk, nyokap gue mengangkat kedua tangannya yang lembut dan memegang kedua pipi gue, "Anak mama hebat, dari dulu mama tahu anak mama ini hebat."
Gue cuma bengong. Ga nyangka dapet reaksi kayak gitu dari nyokap gue. Pelukan tiba-tiba tadi masih membekas dan gue cuma sanggup bilang, "Tapi...itu...cuma lomba biasa. Maksudnya...bukan lomba skala nasional juga...rrr, Mbak Dhira kaget...mmm, mama reaksinya sampe kayak gitu."
Nyokap gue memandang gue dengan matanya yang berkaca-kaca, mengelus pipi kanan gue dengan lembut, "Ga papa, sayang. Semua dimulai dari yang kecil-kecil. Apapun lombanya, apapun jenisnya. Mama senang, mama bangga Mbak Dhira menang. Terus menulis ya sayang." Nyokap gue tersenyum, kemudian melanjutkan, "Hal yang membahagiakan buat mama adalah ketika mama melihatmu duduk di sudut kamarmu, melihatmu serius berfikir, sambil mengetik di atas laptopmu. Menulislah terus sayang, suatu saat mama yakin, anak perempuan pertama mama ini menjadi penulis yang hebat. Mama bangga denganmu, nak."
Gue balik ke kamar dengan menahan air mata. Dan pertahanan gue runtuh ketika masuk kamar, air mata yang tertahan mulai turun perlahan. Jadi ini rasanya, melihat bagaimana seorang ibu bangga terhadap anaknya...
Pandangan berkaca-kaca nyokap gue, pelukan eratnya, kata-katanya...
benar-benar membekas di hati gue yang terdalam.
Akhirnya, setelah pencarian panjang...
Gue menemukan alasan kuat, kenapa gue ga boleh berhenti menulis.
"Gue pengen kejadian tadi terulang. Kebahagiaan seorang ibu melihat anaknya terus menulis di sudut kamar mungilnya. Kebanggan seorang ibu, mendengar anak pertamanya memenangkan suatu perlombaan menulis yang mungkin hanya perlombaan sederhana. Pelukan eratnya, kata-kata bahagianya, matanya yang berkaca-kaca karena bangga. Gue pengen itu terus terulang..dan jalan satu-satunya hanya dengan gue terus menulis."
Terima kasih kepada teman-teman gue yang waktu itu menantang, Allah menurunkan jawaban-Nya melalui kalian, alasan kuat yang selama ini gue cari-cari, "Alasan kuat untuk tidak berhenti menulis..."
14 comments
Quotesnya tentang kesibukan sangat bagus. :)
ReplyDeleteAku mendapat sesuatu yang menarik dari tulisan ini
Keren banget tulisannya..
ReplyDeleteSuka!
Jd pengen kaya gt jg, ngebanggain orang tua :'(
Hebat..
ReplyDeleteBuat yang ga suka fiksi pun, tulisanmu kemaren tetep menarik. Cinta ibu memang sederhana, tak gemerlapan, namun selalu menguatkan. Terus berkarya, Dhir :)
ReplyDeleteterharu,, setiap penulis punya gayanya sendiri,,,, diraaaaa peluk jauh heee
ReplyDeleteGue gak tau mau komen apa selain; semoga lo bisa terus bikin mama nangis sekaligus senyum bangga dan bahagia. Semoga gue pun juga :))
ReplyDeleteMemanf kalo Allah sudah berkehendak , jalanya dipermudah dan kita diberi nikmat lebih dari yng kuta inginkan . targetnya menuhun tantangan bikin fiksi dikasih nikmat lebih juara satu . alhamdulillah , barakallah mb . teruslah menulis dg menulis ilmu akan terikat dan dihindarkan dr sifat lupa .
ReplyDeleteNoorspi
Only tears rolling on my face that can show how much I proud of you,my beloved Genduk... Keep writing yaaa...
ReplyDeletesemangat terus ya :)
ReplyDeleteMakasih.. baca ini akhirnya saya dapat alasan kuat untuk selasaikan buku yang terkatung-katung beberapa tahun. Meski alasannya tak sama, tapi..
ReplyDeleteMakasih Mbak Dhira
Kak Dhira, ini ada kompetsi nulis lagi nih... hadiahnya utamanya lumayan lho... :D
ReplyDeletehttp://bblogid.blogspot.com/2015/02/b-blog-competition-my-ideal-japanese.html
Dhira sukses bikin aku nyaris nangis... :'(
ReplyDeleteKita sama, sama-sama suka nulis. Sama-sama ngerasa udah nemuin motivasi yang oke tapi ternyata kurang juga. (anyway, thanks berat info tentang oneweekonepaper, nanti mau coba join). Tapi aku masih kekurangan, Dhir.... Menurut aku, kamu tuh sangat amat beruntung banget punya mama yang sangat bisa menghargai prestasi anaknya, sedikit apapun. Apalagi yang sesuai betul sama minat kamu. Ortuku masih kurang sreg sama kegiatan nulis. Yaaa, kayak ortu kebanyakan lah. Hehe.... Alhamdulillahnya bukannya nggak ngedukung juga sih, cuma nggak dukung penuh kayak mama Dhira.
Aku nyaris nangis baca kata-katanya mama Dhira. Rasanya aku paham banget gimana perasaan Dhira pas denger kata-kata itu dari Mama Dhira.
Mungkin mamaku nggak kayak mamanya Dhira, tapi makasih ya Dhira udah nulis ini... Makasih juga buat mamanya Dhira yang udah ngucapin kata-kata itu ke Dhira... Aku anggap aja mamaku yang bilang begitu ke aku ya. Hehehehe....
Ternyata banyak hal yang udah terjadi selama akan-saat-telah menulis. O_o semoga semangat nulisnya selalu berkobar.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum. Tulisannya jadi perenungan buat saya, hehe. Suka nulis tapi sampai sekarang masih belum nemu "Alasan kuat untuk tidak berhenti menulis..." ku seperti apa. Jadi kayak yang diceritain mbak, nulis kalo pas mau. Walaupun ada inspirasi kalopas gak mau ya gak nulis. Salam kenal mbak :)
ReplyDelete