Ketika Kenyataan Itu Memilukan

January 04, 2016

-SERIAL VOLKERT FAMILY 5-

Baca ini dulu, sebelum melanjutkan (klik link) ~> Volkert Family Trees & Sinopsis Cerita

Hari ini aku gusar. Rasa frustasi berkepanjangan sudah menumpuk menjadi satu sehingga menimbulkan letusan dasyat di dalam diriku. Keinan dingin, selalu. Dia bagaikan gunung es yang tidak bisa aku daki. Badai perasaan ini, yang ingin sekali saja diperhatikan olehnya selalu berhasil memukul mundur diriku untuk mendaki ke dalam hatinya. Tidak pernah sekalipun ia merespon. Hanya kata-kata singkat yang terucap di bibirnya, hanya senyuman ramah biasa yang ia tampakkan di wajahnya.

Dan aku tidak merasa sedikitpun bahwa aku memiliki arti di hatinya. Menyedihkan.
Rima bilang, aku cantik. Beberapa pria memang menunjukkan secara terang-terangan mengejarku, berusaha menarik perhatianku, memberiku banyak hadiah dengan malu-malu. Mereka bilang, aku seorang wanita pencerah suasana, selalu berhasil membuat orang lain tertawa di manapun aku berada. Sebagian besar dari mereka bilang bahwa aku adalah wanita yang sangat cocok dijadikan istri. Aku, dengan gaya kerudungku yang khas, easy going, ceria, cerdas, istri-able kalau kata orang-orang, tersenyum puas mendengar segala pujian yang ada dan menikmati segala perhatian pria yang tercurahkan sepenuhnya untukku, tanpa pernah serius memberikan kepastian kepada mereka yang berniat serius kepadaku. Sehingga pada akhirnya aku tahu, karma itu berlaku. Begitu melihat sosok Keinan Dimitri Volkert di depan mataku, aku jatuh cinta begitu cepat, begitu dalam hingga berhasil mengubahku dari seorang wanita yang mampu mengendalikan diri menjadi wanita bodoh yang menanti cintanya yang berbalas dingin.

“Kei, Arianna kayaknya ga jadi dateng. Tadi WA mba, katanya sakit.“ Ujar suara lembut Mba Lea, kakak kedua Keinan.

Dan di sanalah, semuanya hampir terungkap. Sekilas, hanya sekilas aku melihatnya. Pandangan mata khawatir dari sudut matanya. Keinan menatap kakak perempuannya tanpa bersuara. Keningnya berkerut, kedua matanya yang biasanya memancarkan sorot dingin, terlihat mencair. Aura kekhawatiran muncul di sekelilingnya, “Sakit apa?“

Tekanan suara itu, aku tidak pernah mendengar nada suara seperti itu keluar dari mulutnya. Perasaanku tak menentu. Jantungku berdentum-dentum karena menahan amarah. Tanganku mengepal hingga kukuku terasa menusuk telapak tangan. Entah mengapa, gerakan ini adalah satu-satunya caraku menahan emosi, untuk mencegahku berteriak karena frustasi. Arianna, jadi selama ini Arianna…

Tiga tahun.

Aku berdiri diam, menatap Keinan dan Mba Lea berbicara dengan suara yang semakin tidak terdengar. Semakin aku amati, semakin terlihat gurat kekhawatiran di wajah Keinan. Ia bolak-balik menarik nafas berat. Mba Lea terus menunjukkan layar handphonenya kehadapannya. Tubuhku menggigil tiba-tiba bukan karena kedinginan akibat cuaca buruk di luar, tetapi karena ngeri membayangkan bahwa kemungkinan besar dugaanku benar.

Tiga tahun.

Aku memendam segalanya selama tiga tahun, berusaha menyembunyíkan perasaanku agar tidak terlihat ketika memandangnya. Tiga tahun aku mencintainya dalam diam dan sekarang aku merasakan suatu perasaan yang kuat bahwa hati Keinan tidak akan pernah menjadi milikku selamanya?

Segalanya sudah kupertaruhkan. Menolak semua lamaran yang berdatangan silih berganti hanya karena aku sangat mencintainya. Mengharapkan ia yang datang ke rumah untuk mengucapkan keseriusannya. Jauh di lubuk hati, aku percaya bahwa Tuhan akan memberikan Keinan untukku selamanya. Tapi ini apa? Arianna? Hati Keinan untuk Arianna? Jadi selama ini aku apa…

Aku berjalan ke kamar mandi di ujung ruangan. Kututup pintu dengan pelan, aku membuka handphoneku dengan tangan bergetar. Pandanganku berkabut, air mataku sebentar lagi turun.

Rim, tolong gue rim…
Kyknya Keinan udh punya calon (09.00)

Air  mataku jatuh.
Ini cm feeling gue doang, sih.
Tp kyknya bener. Feeling gw ga pernah salah (09.01)

Air mataku jatuh semakin deras.
Rima belum menjawab, tapi centang biru dua. Tanda dia sudah membaca. Aku melanjutkan.

Lo tau calonnya siapa?
Arianna, ya ampuun.
Apalah artinya gue saingan sama dia.
Kenapa harus dia, rim?
Kenapa?
Kenapa Keinan ga buat gue aja?
Ya Allah… (09.03)

Centang biru dua.
Aku menutup mulutku supaya tidak terdengar dari luar bahwa aku sedang menangis sesegukan.

Tiga tahun, gue suka sama dia, rim
Lo tau sendiri kan?
Doa gw selalu sama setiap hari
Gue pengen Allah kasih Keinan buat gue
(09.05)

Walaupun sebenernya blm pasti
Janur kuning blm melengkung
Tp ttp aja, bakal susah buat gw untuk msk ke hatinya
Sbnrnya dia bnrn suka sama Arianna ga sih?
Knp sih dia susah ditebak?
Ya Allah…
(09.08)
Dadaku sakit, aku sulit bernafas sekarang.
Ini tidak adil. Aku duluan yang kenal Keinan.
Keinan harus pilih aku bukan Arianna.

Rim, dosa ga kalau gue doa :
“Semoga Keinan dijauhkan dari Arianna
gimanapun caranya? Jauhkan mereka, Ya Allah.
Buat mereka tidak berjodoh.“
(09.09)

Centang biru dua lagi.
Belum ada balasan dari Rima.
Mungkin ada baiknya, kalau aku menunggu dulu lima menit. Masalah ini pasti membuat Rima terkejut setengah mati dan butuh waktu untuknya menjawab chatku.

Lima menit…
Tujuh menit…

Rim, kok lo tega banget sih?
Nge read doang, tapi ga bales chat gue??
(09.17)

Centang biru dua.
Masih belum ada jawaban.
Aku tidak tahan lagi, Rima tega.

RIM!!!!
JAWAB DONG, PLEASE!!
TEGA BANGET, SIH!!
JAHAAATT BANGEEETT :((
(09.18)

Air mataku turun deras. Kali ini aku tidak dapat menahan segukannya. Rima jahat banget, Ya Allah. Kenapa semua orang tega, hari ini?? KENAPAA?? Aku langsung meneleponnya karena ingin mendapatkan respon cepat dari Rima.

Lalu terdengar suara telepon di angkat, saat aku mendengar suaranya, detik itu juga aku merasa duniaku runtuh, "Sofia, I’m really sorry to say…Dari tadi kamu salah kirim chat." Ujarnya dengan suara yang berat. 

Dan petir di luar rumah, terasa menyambarku sekarang. Hancur berkeping-keping, menyisakan rasa malu yang berserakan. Malu, sampai aku merasa tidak sanggup menanggungnya lagi. Ya Tuhan, kenapa aku harus salah kirim chat ke salah satu sepupu itu.
------------------------------
Volkert Family 1, Chat Room Keluarga Masa Kini 1 : http://www.nadhiraarini.com/2015/12/chat-room-keluarga-masa-kini-1.html
Volkert Family 2, Ketika Cinta Begitu Berat : http://www.nadhiraarini.com/2015/09/ketika-cinta-begitu-berat.html
Volkert Family 3, Ketika Aku Merindukannya : http://www.nadhiraarini.com/2015/12/ketika-aku-merindukannya.html
Volkert Family 4, Chat Room; Keluarga Masa Kini 2 - Salah Jalan : http://www.nadhiraarini.com/2015/12/chat-room-keluarga-masa-kini-2-salah.html

You Might Also Like

9 comments

  1. Akkkk...... salah kirim pesan. Udah patah hati ceritanya ke orang yang salah. Lengkap banget? :"(

    ReplyDelete
  2. Akkkk...... salah kirim pesan. Udah patah hati ceritanya ke orang yang salah. Lengkap banget? :"(

    ReplyDelete
  3. OH MY GOD...! Kak. TRAGIS banget!

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. argggg .....

    penasaran kelanjutannya kak,,,, buruan tulis kak lanjutannya

    ReplyDelete
  6. Salah kirim edaaaan kwkwkwkwk bisa gitu ya

    ReplyDelete
  7. ka dhira, minta alamat email nya dong...

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Follow me on IG : @nadhiraarini